ANALISIS SEMIOTIKA PROSESI MANDUI BAPAPAI DALAM BUDAYA SUKU DAYAK BAKUMPAI DI DESA BATAMPANG KECAMATAN DUSUN HILIR KABUPATEN BARITO SELATAN
Article Sidebar
Articles

Abstract views 166 times
Total Downloaded 114 times
This article can be traced in:
DOAJ GOOGLE SCHOLAR DIMENSIONS PORTAL GARUDA BASE INDONESIA ONESEARCH MORAREFMain Article Content
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna semiotika dalam prosesi Mandui Bapapai, sebuah tradisi yang dilakukan oleh suku Dayak Bakumpai di Desa Batampang, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan. Prosesi ini merupakan bagian dari tradisi adat yang masih dilaksanakan secara turun-menurun dan memiliki nilai spiritual serta budaya yang mendalam bagi masyarakat stempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika model Ferdinand de Saussure untuk mengungkap makna simbolik yang terkandung dalam setiap tahapan prosesi. Data diperoleh melalui observasi langsung, wawancara mendalam dengan tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pelaku tradisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan signifier dan signified dalam rangkaian kegiatan prosesi Mandui Bapapai sarat dengan simbol yang merepresentasikan hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan komunitas sosial. Unsur-unsur seperti air, daun, dan do’a memiliki makna simbolik yang mencerminkan kemurnian, penyucian, dan keberkahan. Mandui Bapapai ini bertujuan sebagai sarana memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari gangguan makhluk halus saat perayaan pernikahan dalam kehidupan berumah tangga dan berfungsi sarana pelestarian nilai-nilai kebudayaan, solidaritas, dan identitas kolektif masyarakat Dayak Bakumpai.
Article Details
References
Kholifah, K., Tavita, G. E., & Indrayani, Y. (2020). Etnobotani Ritual Adat Suku Dayak Di Sekitar Hutan Di Desa Datah Dian Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari, 8(2).
Moleong, L. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mutaqin, A. Z., Astriani, W., Husodo, T., & Partasasmita, R. (2018). Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Beberapa Upacara Adat Oleh Masyarakat Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Jurnal Pro-Life, 5(1), 496–505.
Piliang, Yasraf Amir. (2012). Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya & Matinya Makna. Bandung: Matahari
Resviya, R. (2019). Analisis Semiotik Mantra Pengobatan Pada Masyarakat Dayak Bakumpai Di Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(2), 9-25.
Resviya, (2020). Tradisi Bapalas Bidan dan Dinamikanya pada Masyarakat Suku Dayak Bakumpai Di Kabupaten Barito Selatan. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(1), 94-103.
Sobur, Alex. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Susanto, R., & Muharani, M. (2019). Tradisi Mandi Pengantin Dan Nilai Pendidikan Islam (Studi Kearifan Lokal Masyarakat Muslim Melayu Padang Tikar). Journal of Research and Thought on Islamic Education (JRTIE), 2(2), 229–243.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Ulfah, M., Herlina, S., & Munajah, M. (2023). Tinjauan Yuridis Tradisi Adat Mandi Pengantin (Bapapai) Adat Dayak Bakumpai Di Bandar Karya Kecamatan Tabukan Marabahan Dalam Persfektif Hukum Adat. Al-Adl: Jurnal Hukum, 15(2), 307-326.
Vera, N., & Risman, S. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia
Yusuf, N. A., Dharmono, D., Badruzsaufari, B., & Mahdian, M. (2023). Pemanfaatan Tumbuhan pada Ritual Tradisi Mandi Pengantin Masyarakat Suku Dayak Bakumpai di Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmiah Biologi UMA (JIBIOMA), 5(2), 126-137.