TRADISI BAKUNUT DAN MANDUI BAYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI DESA BATAMPANG

Main Article Content

Rasviya Resviya Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Palangka Raya, Indonesia

Abstract

Tradisi adat dan budaya suku Dayak Bakumpai sangat beragam dan unik, mulai dari adat perkawaninan, hajatan, turun, dan tradisi lainnya. Desa Batampang merupakan desa yang masih berpegang peranan tradisi adat-istiadat yang sudah ada sejak zaman leluhur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi Bakunut dan Mandui Baya yang sampai sekarang masih dilestarikan di tengah perubahan zaman yang demikian pesat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan data. Metode dalam kajian ini dilakukan dengan metode obsevasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian adalah masyarakat suku Dayak Bakumpai di Desa Batampang Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan. Data tersebut diperoleh melalui catatan lapangan, perekaman, dan wawancara. Analisis data dilakukan selama dan setelah data terkumpul. Hasil penelitian ini menemukan ada empat tahapan dalam proses kegiatan Bakunut dan Mandui Baya meliputi empat tahapan: pertama prosesi Bakunut rangkaian pembacaan do’a dan ayat suci al-Qur’an bersama-sama. Tahap kedu prosesi persiapan Mandui Baya. Tahap ketiga proses Mandui Baya. Tahap empat  proses Batampung Tawar atau Tepung Tawar. Manfaat dalam pelaksanaan Bakuntut adalah mohon keselamatan dan kerahayuan hidup serta terhindar dari bahaya, serta bertujuan agar anak menjadi anak yang sholeh atau sholehah, beriman dan selalu taat kepada allahSWT, serta diberkahi tumbuh kembangnya. Selain itu, do’a yang dipanjatkan pada prosesi Bakunut juga meminta supaya anak dan ibunya sehat dan selamat ketika proses melahirkan nanti. Adapun manfaat pelaksanaan Mandui Baya adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberikan amanah berupa kepercayaan. Fungsi tradisi dalam pelaksanaan Bakunut dan Mandui Baya yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Bakumpai sebagai berikut; 1) fungsi religius 2) fungsi etika nilai-nilai etika dan moral dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan. 3) fungsi estetika, 4) fungsi sosial budaya. Makna tradisi  Bakunut dan Mandui Baya bagi masyarakat suku Dayak Bakumpai memiliki beberapa meliput; 1) makna religius, 2) makna budaya, 3) makna sosial ekonomi, dan 4) makna etika, bermanfaat untuk membimbing dan mengarahkan perilaku orang-orang agar dapat menjadi baik, etika dalam hal ini memberikan arahan kepada pelaku tradisi dalam masyarakat.

Article Details

How to Cite
Resviya, R. (2024). TRADISI BAKUNUT DAN MANDUI BAYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI DESA BATAMPANG. JURNAL SOCIOPOLITICO, 6(1), 20-27. https://doi.org/10.54683/sociopolitico.v6i1.107

References

Amanda, A. R., Liadi, F., & Husni, M. (2023). Proses Mandi Tujuh Bulanan Tradisi Masyarakat Banjar Di Kelurahan Selat Utara Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. AL-MUTSLA, 5(2), 234-247.
Afiqoh, N., Atmaja, H. T., & Saraswati, U. (2018). Penanaman nilai kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah pokok bahasan perkembangan Islam di Indonesia pada siswa Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Pamotan Tahun Ajaran 2017/2018. Indonesian journal of history education, 6(1), 42-53.
Cholistarisa, D., Utami, T., Tsani, N., QA, L. R., & Darmadi, D. (2022). Tradisi Tingkeban (Syukuran Tujuh Bulanan Ibu Hamil) Pada Masyarakat Jawa Khususnya Berada Di Desa Bajulan, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 5(2), 190-195.
Djajasudarma, T. Fatimah. (2010). Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama
Resviya, R. (2020). Tradisi Bapalas Bidan dan Dinamikanya pada Masyarakat Suku Dayak Bakumpai Di Kabupaten Barito Selatan. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(1), 94-103.